(0362) 27719
balitbang@bulelengkab.go.id
Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Daerah

FGD di Kecamatan Sukasada, Balitbang Inovda Kembali Temukan Potensi Unggulan Daerah

Admin balitbang | 25 Maret 2024 | 1309 kali

Senin, 25 Maret 2024 Focus Group Discussion (FGD) Tingkat Kecamatan berlanjut di Kecamatan Sukasada pada Penyusunan Kajian Analisis Produk Unggulan Pertanian Daerah Kabupaten Buleleng dan Model Hilirisasinya. Kegiatan FGD dibuka oleh Sekretaris Kecamatan Sukasada, dan selanjutnya kegiatan dipandu oleh Kepala Bidang Ekonomi dan Pembangunan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah (Balitbang Inovda) Kabupaten Buleleng, I Gusti Ngurah Purnawirawan, M.E. Juga dipandu oleh Ketua Tim Pelaksana Dr. Ir. Putu Suwardike, MP.

FGD dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi UKM Kabupaten Buleleng, Perbekel lingkup Kecamatan Sukasada, Majelis Alit Subak Kecamatan Sukasada, koordinator PPL dan PPL BPP Sukasada, Tim Pelaksana Kajian dari Universitas Panji Sakti Singaraja, dan Analis Kebijakan Ahli Muda Bidang Ekbang Balitbang Inovda.

Tujuan FGD tentunya masih sama dengan FGD yang telah berlangsung beberapa waktu lalu. Perbekel Desa Panji menyampaikan bahwa sebagian besar desa di wilayah Kecamatan Sukasada memiliki luasan lahan yang cukup luas, dan jenis tanaman yang cukup variatif. Begitu pula hasil pertanian dan perkebunan yang ada di Pasar Banyuasri sebagian besar berasal dari Sukasada. Saat ini sedang dikembangkan sorgum dan sistem gastronomi pangan, yaitu produk pangan yang benar-benar organik serta berkualitas tinggi.

Di Desa Pancasari dan Wanagiri tidak memiliki lahan sawah. Untuk program ketahanan pangannya dikembangkan sapi, babi hitam (hilirisasinya dendeng) dan kambing. Kambing bagus dikembangangkan pada daerah yang memiliki potensi dengan kontur lahan yang miring, dengan hilirisasi berupa yogurt dari susu kambing. Permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya fasilitasi untuk hilirisasi dan kanalisasi, misalnya berupa sobean melalui PLUT, jika hilirisasi di desa bisa melalui BUMDesMa. Potensi lain yaitu durian, nangka, paku, rebung, jepang (tanaman hutan). Holtikultura bunga berupa cempaka, sandat, pacar galuh, dan gemetir. Permasalahannya, perlu tempat penyimpanan agar bunga tidak cepat rusak saat panen raya. Selain itu juga dilakukan mina padi untuk pengembangan bidang perikanan.

Kelian Subak Alit Desa Sambangan menyebutkan bahwa terdapat 68 Subak Sawah, dan 16 Subak Abian didesanya. Potensi yang dimiliki diantaranya padi, padi item dan padi merah. Untuk hilirisasi padi, jika organik maka mesinnya harus untuk produk organik saja, tidak boleh dicampur dengan yang anorganik. Sorgum cocok di Desa Sambangan dan bagus untuk dikembangkan. Adapun potensi Holtikultura buah, yaitu Manggis dan Durian, sedangkan perkebunannya ada cengkeh, dan peternakan ada sapi dan kambing.

Di Desa silangjana sudah difasilitasi pengolahan gula semut dengan ditambahkan perasa jahe, namun permasalahan yang ditemui adalah kurangnya peremajaan dari pohon gula aren.

Sedangkan untuk di Desa Pancasari sudah diberikan  pelatihan pembuatan jam/selai strawberi. Olahan batu durian yang masih dikembangkan dan diteliti oleh tim dari UNUD untuk diolah menjadi tepung/kripik.

Perbekel Desa Gitgit menyampaikan potensi yang dimiliki adalah cengkeh dan kopi arabika, karena 90% merupakan petani cengkeh dan kopi. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah pupuk, karena harganya mahal dan standarisasi harga saat panen terhadap produk yang dihasilkan.

Perbekel Desa Pancasari turut menyampaikan potensi pertanian industry yang dikembangkan secara swadaya masyarakat, yaitu strawberi. Produksi strawberi saat ini sudah mulai menurun, karena pengadaan bibit strawberi yang unggul belum difasilitasi oleh pemerintah. Permasalahan yang ada adalah pada bibit. Selain strawberi, juga ada bunga dan paprika (dengan sistem hydroponic). Perbekel juga berharap ada hilirisasi pupuk berupa pelatihan pembuatan pupuk, agar bisa menanggulangi kemahalan harga pupuk.

Terakhir, Perbekel Desa Selat menyampaikan harapannya agar ada penelitian terhadap struktur tanah, sehingga perda LP2B bisa dilaksanakan. Desa Selat seluas 552 ha, mengelola hutan desa dengan hasil produksi berupa rotan dan bambu. Untuk itu dimohonkan kepada pemerintah daerah agar membantu hilirisasi terkait produk yang dihasilkan. 

Berdasarkan pendampingan Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng (koordinator PPL),  maka ditemukan bahwa produk unggulan di Kecamatan Sukasada adalah Padi dan Jagung (tanaman pangan). Durian (Holtikultura buah), Perkebunan (Kopi Arabika dan cengkeh), Cabai, Paprika dan Edamame (Holtikultura sayuran), dan Peternakan babi dan sapi.

Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi UKM Kabupaten Buleleng yang diwakili oleh Unit PLUT,  menyarankan kepada petani untuk melakukan kemitraan dengan offtaker/industri jika bahan baku buah melimpah, dan untuk produk sayuran bisa dikoordinasikan dengan PHRI untuk bisa dipasarkan ke hotel-hotel. Untuk meningkatkan SDM dilakukan melalui pelatihan agar hasil produksi bisa lebih baik. Selain itu unit PLUT juga membantu dalam perijinan, labeling, packaging dan turunan (olahan) produk. #Eka.